Kebun Vertikal Solusi Pertamanan Urban
Bangunan parkir mobil di perkotaan meski disediakan cukup luas hingga
bertingkat-tingkat tidak jarang dipenuhi antrean membeludak tanpa
kepastian tempat. Polusi merebak sekaligus menjadi peluang inovasi.
Dinding bangunan bisa dijadikan kebun vertikal penyerap polutan karbon
dioksida.
”Pemerintah Singapura sudah merespons inovasi dinding kebun vertikal (vertical green wall) yang
kami buat,” kata Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Penelitian
dan Pengembangan Biomaterial pada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI) Suprapedi ketika ditemui pada acara Seminar Ekonomi Hijau-Science
Council Asia, Senin (9/7), di Bogor, Jawa Barat.
Suprapedi
bersama peneliti senior LIPI lain, Mohamad Gopar, menggabungkan inovasi
papan serat alami dan pupuk cair beyonic LIPI menjadi medium tanam kebun
vertikal. Pada April 2012 contoh papan itu seluas 180 meter persegi dikirim ke Singapura.
Papan tersebut disertakan ke dalam sejumlah kegiatan pameran di Singapura. Inovasi verti-board setebal 8-10 sentimeter ini menarik perhatian banyak konsumen. Pada
bulan Juli hingga September 2012, Singapura memesan dinding kebun
vertikal dari LIPI sebanyak 1.800 lembar dengan ukuran 159 sentimeter x
50 sentimeter.
”Pembuatan dinding kebun vertikal, setidaknya di Singapura, akan menjadi tren,” kata Suprapedi.
Menurut
dia, Pemerintah Singapura menyediakan insentif 50 persen untuk
pembuatan kebun vertikal. Pembuatan kebun vertikal diutamakan pada
bangunan-bangunan parkir kendaraan yang luas sehingga polusi dari
kendaraan bisa dikurangi.
Untuk komersialisasi hasil riset ini, Suprapedi menggaet mitra lokal PT Envirospace Consultants Indonesia dan mitra dari Singapura, Garden and Landscape Centre Pte Ltd (GLC). GLC Singapura berdiri sejak tahun 1969.
Perusahaan
GLC Singapura menjadi pelopor lanskap dan solusi pertamanan. Perusahaan
ini mempunyai reputasi untuk ide-ide inovatif dan ramah lingkungan yang
berkembang secara global, termasuk di Mauritius, Seychelles, India, dan
China.
Serat alam
Pembuatan
dinding kebun vertikal menggunakan serat alami bambu, pelepah sawit,
dan pakis. Menurut Suprapedi, ide inovasi ini berawal dari gagasan
Kepala LIPI Lukman Hakim yang mengharapkan hasil kegiatan riset itu
besar, signifikan, dan nyata.
Hasil riset diharapkan membawa dampak ekonomi yang besar dan signifikan dalam bidang keilmuan serta nyata dapat diwujudkan.
Dinding
kebun vertikal memadukan hasil riset UPT Balai Penelitian dan
Pengembangan Biomaterial LIPI sekitar tahun 1990 berupa papan komposit
dari serat alami dan teknologi pupuk beyonic LIPI hasil penelitian tahun
2009-2011.
Istilah beyonic adalah kependekan dari beyond organic.
Nama itu digunakan untuk pupuk organik yang diperkaya dengan mikroba
yang jenisnya disesuaikan dengan kebutuhan. Pupuk beyonic LIPI
bisa ditujukan untuk kegiatan bioremediasi (pemulihan) lahan kritis,
seperti bekas tambang. Caranya, dengan menambahkan mikroba yang sesuai
untuk pemulihan tanah tersebut.
Mikroba bisa diisolasi dari daerah setempat, kemudian dikembangbiakkan dan ditanamkan pada pupuk cair organik tersebut.
Pembuatan
Mohamad
Gopar menjelaskan, pembuatan papan komposit menggunakan pelepah kelapa
sawit dan bambu betung dengan usia tanam lima tahun. Pelepah dan bambu
dipotong-potong dengan ukuran 2 meter, lalu dibelah dua untuk bahan berdiameter kecil atau dibelah empat untuk bahan berdiameter besar.
Potongan-potongan
itu dipipihkan dengan alat bamboo crusher hingga diperoleh serat bambu
dan pelepah sawit. Serat kemudian dipotong-potong dengan ukuran 5-6
sentimeter dengan mesin drum chipper. Serat hasil pemotongan drum
chipper dimasukkan ke mesin ring flaker hingga diperoleh serat seragam
yang lebih kecil. Serat kemudian dikeringkan di dalam oven dengan
temperatur 75 derajat celsius selama tiga hari.
Berikutnya,
serat dicampur dengan perekat tahan air 5-10 persen. Dengan kerapatan
serat 0,3-0,4 gram per sentimeter kubik, serat kemudian dicetak dengan
pengempaan sampai suhu 130 derajat celsius. ”Papan itu kemudian dilubangi dan sudah menjadi medium tanam kebun vertikal,” kata Suprapedi.
Kebun
vertikal adalah sebuah kebutuhan di tengah kota yang makin pengap dan
polutif. Ternyata hasil riset peneliti Indonesia mampu menjawabnya.
0 komentar:
Posting Komentar